Teknologi Informasi mulai mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia dengan hadirnya teknologi komputer dan teknologi komunikasi mobile yaitu handphone. Puncak dari gerakan bebasis Teknologi Informasi di Indonesia terjadi pada tahun 1999 dengan dikeluarkannya UU tentang telekomunikasi no. 36/1999, perusahaan dotcom dan media-media yang memiliki segmen pendidikan Teknologi Informasi bermunculan bak jamur di musim hujan serta kegiatan promosi, pameran, seminar, dan konferensi internasional Teknologi Informasi di selenggarakan secara beruntun di Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran Teknologi Informasi dapat membantu pekerjaan siapapun yang memanfaatkannya. Komputer dapat dikatakan sebagai tangan kanan manusia. Apapun bidang perkerjaannya hampir semuanya dapat selesaikan dengan bantuan komputer. Sehingga komputer dapat membantu perusahaan untuk menghemat anggaran gaji pegawai dengan menggantikan posisinya dengan komputer.
Jaringan komputer dunia atau Internet yang menimbulkan tumbuhnya perusahaan-perusahaan dotcom, semakin mempercepat laju informasi tanpa ada batasan ruang dan waktu. Komunikasi antar daerah, wilayah maupun antar Negara dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Setiap orang dibagian belahan dunia manapun dapat mengakses informasi yang sama sumbernya dari seluruh dunia.
Teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi merupakan 2 (dua) elemen yang tidak dapat terpisahkan. Perangkat telekomunikasi misalnya handphone akan selalu mengikuti teknologi komputer, begitu juga sebaliknya karena keduanya saling berhubungan sebagai komponen Teknologi Informasi.
Teknologi Informasi ibarat pisau yang memiliki 2 sisi yang berlawanan, tergantung penggunaannya. Pisau akan bermanfaat jika digunakan untuk mengupas buah, mengiris sayuran dan sebagainya, namun pisau akan menjadi malapetaka dan bencana jika digunakan untuk membunuh orang lain. Teknologi Informasi akan sangat bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Salah satu contoh implementasi Teknologi Informasi adalah Internet. Jika kita mengkases Internet untuk mencari referensi tugas kuliah, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, berdiskusi dan sharing informasi, maka Internet dapat dikatakan sebagai gudang ilmu dan informasi terbesar. Beda halnya jika mengakses internet dengan maksud untuk kejahatan yang disebut cyber crime (kriminalitas di Internet), ini jelas akan merugikan orang lain.
Cyber Crime di Indonesia
Berita Kompas Cyber Media (19/3/2002) menulis bahwa berdasarkan survei AC Nielsen 2001 Indonesia ternyata menempati posisi ke enam terbesar di dunia atau ke empat di Asia dalam tindak kejahatan di internet. Meski tidak disebutkan secara rinci kejahatan macam apa saja yang terjadi di Indonesia maupun WNI yang terlibat dalam kejahatan tersebut, hal ini merupakan peringatan bagi semua pihak untuk mewaspadai kejahatan yang telah, sedang, dan akan muncul dari pengguna teknologi informasi.
Menurut Setiadi, penyidik madya Unit Infotech dan Cyber Crime Mabes Polri dalam seminar "Membangun Cyber law yang Demokratis di Indonesia", di Undip Semarang, Kamis (30/06), menyatakan adanya Peningkatan jumlah kasus kejahatan melalui internet dengan modus pembobolan nomor kartu kredit, misalnya, pada tahun 2003 tercatat 145 kasus lalu melonjak menjadi 177 kasus. Modus kejahatan pasar modal melalui teknologi informasi pada tahun sama juga meningkat dari satu kasus menjadi dua kasus, begitu pula pembobolan bank dari tiga kasus menjadi lima kasus dan terorisme dari tidak ada kasus pada 2003 kemudian muncul tiga kasus pada 2004.
Menurut hasil riset dari Clear Commerce Inc (perusahaan TI di Amerika Serikat) tahun 2002, Indonesia berada pada posisi ke-2 teratas sebagai negara asal carder (pembobol kartu kredit) terbanyak di dunia setelah Ukraina. Setahun kemudian, masih menurut hasil survei tersebut, Indonesia malah menduduki posisi pertama dalam kejahatan tersebut, sebelum akhirnya turun di posisi ketiga pada tahun 2004.
Pelaku Cyber Crime
Para pelaku cyber crime di Indonesia mayoritas adalah kaum pemuda (usia 15-35 tahun). Misalnya pada peristiwa yang terjadi di Medan, Sumut. Seperti peristiwa yang dilansir dari detik.com yang menyebutkan bahwa seorang warga negara kuwait tertipu mentah-mentah oleh sekelompok anak muda yang masih bersatuskan mahasiswa di sebuah perguruan tinggi medan. Dengan berbekal brosur sebuah mobil mewah serta tempat penyewaan jasa internet, mereka mulai melakukan aksi penipuan. Sekitar $ 55.000 raib dibawa tersangka.
Contoh kejahatan Internet lainnya adalah pembobolan situs hasil penghitungan suara pemilu 2004 yang dilakukan oleh Dani Firmansyah seorang pegawai PT Danareksa Jakarta. Selain itu, pembobolan situs partai golkar (www.golkar.or.id) yang dilakukan oleh seorang yang hanya lulusan SMU bernama Iqra Syafaat (27), yang kerap berjualan buku elektronik (e-book). Pembobolan yang dilakukannya dalam dunia hacking sering disebut deface yaitu teknik penyerangan dengan mengubah gambar atau isi website untuk maksud tertentu. Dalam kasus ini Iqra mengganti tokoh partai Golkar yang termuat dalam situs dengan gambar gorilla putih tersenyum dan di bagian bawah situs dipasangi gambar artis Hollywood yang seronok. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9-13 Juli 2006, dan selama kurun waktu tersebut telah diserang 1.257 kali dari 31 lokasi (Internet Protocol Address) di sejumlah kota seperti Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, Lampung, Palembang, Medan, dan Batam). Kasus serupa sebelumnya pernah terjadi menimpa situs Bantul.go.id dan situs partai Keadilan Sejahtera (5 Agustus 2005) dan mungkin saja situs lainnya yang tidak semuanya terungkap ke media.
Aksi carding di warnet merupakan bentuk cyber crime paling marak dibanding craking dan hacking. Kota-kota seperti Yogyakarta, Bandung, Malang, Jakarta, Semarang, dan Medan ditengarai menjadi daerah aksi para carder. Sedangkan menurut Ketua Presidium Asosiasi Warung Internet Indonesia (Awari) Judith MS, urutan tingginya pelaku cyber crime di tanah air, yaitu pertama di Yogyakarta, kemudian disusul oleh Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan.
Prestasi Pemuda Indonesia
Lain ceritanya jika Teknologi Informasi digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat, pelakunya tidak akan mungkin berakhir di meja hijau dan tidak bisa tidur tenang karena takut di tangkap polisi. Namun justru akan melahirkan prestasi, baik nasional maupun internasional yang dapat membawa nama harum Indonesia.
Septinus George Sea namanya, seorang siswa SMUN 3 Waena, Jayapura. Berbekal otak cerdas dan pintar, siswa yang biasa dipanggil Oge ini berhasil memenangkan medali emas dalam lomba internasional eksperimen fisika "The First Step to Nobel Prize in Physics 2004 " yaitu sebuah kompetisi riset fisikawan muda yang sangat bergengsi bagi pelajar sekolah tingkat menengah dari seluruh dunia, pada pertengahan April 2004. Lima tahun lalu, I Made Agus Wirawan dari Bali juga meraih emas pada kompetisi ini.
Prestasi Oge dimulai saat dia mulai sekolah di SMUN 3 Waena, Jayapura. Lewat sekolah ini dia mulai mengenal Internet. Media baru ini menjadi sumber inspirasi sayaan risetnya. Ia banyak mendapat macam-macam teori, temuan dan hasil penelitian para ahli fisika dunia. Ini semua mengilhami Oge dalam menurunkan rumusnya. Tahun 2001 Oge menjuarai lomba Olimpiade Kimia tingkat daerah. Ia mendapat beasiswa dari Pemprov Papua ke Jakarta.
Prestasi Oge semakin melaju dengan mengikuti berbagai lomba ilmiah, baik nasional maupun internasional. Salah satunya adalah lomba matematika kuantum di India pada bulan November 2003 dan Oge berhasil meraih peringkat delapan dari 60 peserta. Pengalaman inilah yang akhirnya mendorong Oge untuk mengirimkan makalah hasil risetnya selama setahun ke panitia The First Step to Nobel Prize in Physics dengan judul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor. Yang ternyata menurut para juri karyanya tersebut sangat orisinal, kreatif sekaligus mudah dipahami.
Pemuda lain yang juga punya prestasi cemerlang adalah Rudolf Surya Bonay, siswa SMA Negeri 5 Jayapura. Tahun 2006 ini, di saat panas-panasnya kontroversi mengenai Ujian Nasional, ia berhasil mendapatkan penghargaan setingkat di bawah hadiah Nobel bidang kimia. Penghargaan ini ia raih lewat penelitian selama tiga bulan. Rudolf menamakan makalah ilmiahnya yaitu “Finding Photo Toxic Potential of Dilorophy on Natural Rarviciden and Bacteria Ociden”. Ia menemukan tumbuhan berwarna hijau seperti daun pandan dan sidi yang banyak terdapat di Papua ternyata mampu mememutus mata rantai pengembangbiakan nyamuk malaria.
Sama halnya dengan Septinus George Sea, Rudolf biasa mengakses Internet untuk menambah referensi penelitiannya. Rudolf yang merupakan anak seorang purnawirawan tentara ini sangat disiplin, sebagaimana orang tuanya mendidiknya. Orang tuanya membekalinya komputer pribadi dan fasilitas akses Internet di rumah untuk mempermudah ia browsing mencari hal-hal penting yang ia butuhkan.
Prestasi lain yang juga tidak kalah menggembirakan adalah pada tahun 2005 lalu salah seorang warga Indonesia berhasil menjadi juara kedua ''Google Code Jam Contest'' yang diselenggarakan Google di India. Kontes ini merupakan wahana untuk mengundang ilmuwan-ilmuwan komputer yang cerdas bergabung ke pusat riset Google. Google pun ingin menunjukkan kepada para computer geeks betapa Google sangat menghargai seni ilmu komputer, yaitu pembuatan coding yang bagus.
Satu lagi pemuda Indonesia yang berprestasi berhasil mendapatkan penghargaan Internasional dari PBB pada pertemuan puncak WSIS (World Summit on Information Society) tahun 2003 di Jenewa, yaitu Romi Satria Wahono sebagai pendiri dari IlmuKomputer.Com. Beliau adalah pemrakarsa adanya e-leraning gratis pertama di Indonesia.
IlmuKomputer.Com ini merupakan pelopor website e-learning gratis di Indonesia. Website ini menyediakan berbagai tutorial, e-book dan milis yang berhubungan dengan teknologi komputer yang gratis di akses oleh siapapun. Selain itu, website ini juga membagi-bagikan CDROM IlmuKomputer gratis yang dapat diakses secara off line, sehingga membantu mereka yang kurang beruntung melanjutkan studi ke perguruan tinggi dapat belajar secara otodidak keahlian komputer dengan memanfaatkan semua tutorial ilmu komputer yang ada pada CDROM tersebut.
Kesimpulan
Era Teknologi Informasi telah memungkinkan beragam aktifitas dan kegiatan baik positif maupun negatif yang pada era sebelumnya tidak ada. Teknologi Informasi menjadi lahan pekerjaan yang mempunyai prospek sangat bagus pada saat sekarang dan masa mendatang. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa generasi yang menguasai Teknologi Informasi adalah generasi muda atau para pemuda. Pemuda dengan darah mudanya yang kurang terkontrol terkadang memilih jalan pintas atau terjerumus pada sisi negatif Teknologi Informasi. Sedangkan, pemuda yang mampu mengontrol emosinya dan mengetahui hal yang bermanfaat untuknya, tentu akan mampu berprestasi dalam bidang ini, sebagaimana yang dilakukan David Filo dan Jerry Yang yang merupakan tokoh pendiri kerajaan Yahoo! atau seperti yang dilakukan tujuh pemuda India pada dua dekade lalu berhasil mewujudkan impiannya membangun perusahaan software kelas dunia (Infosys Technologies Ltd). Dimana ketujuh pemuda itu telah berhasil membangkitkan motivasi para pemuda India untuk berusaha seperti mereka dan pemuda India lebih memilih bekerja di Infoys dari pada di perusahaan besar seperti IBM. Sehingga tidak heran jika sekarang ini India merupakan salah satu raja software dunia. Mampukah pemuda Indonesia bangkit untuk mengangkat nama baik Bangsa Indonesia di mata Internasional dengan memanfaatkan Teknologi Informasi seperti para pemuda India ? Tentunya hal itu tidak akan tercapai tanpa adanya nilai-nilai kepempinan pada diri para pemuda itu sendiri, untuk dapat bertanggung jawab memimpin dirinya mengendalikan fikiran dan emosinya.